Sunday 9 October 2016

Proposal skripsi bagian 1

PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TELEVISI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PURWOSARI, KECAMATAN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016




Disusun Oleh :
Nama :
NIM   :
Jurusan Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Mamba’ul Ulum Surakarta
(STAIMUS)
2016
LATAR BELAKANG MASALAH
Televisi kini telah menjadi salah satu bagian yang penting dalam keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya pun dilakukan sambil menonton televisi. Bahkan, tidak sedikit yang menjadikan televisi sebagai pengasuh, guru, penghibur atau bahkan sarana promosi dagang (Majid, 2009).
Menurut para pakar masalah media dan psikologi, di balik keunggulan yang dimilikinya, televisi berpotensi besar memberikan dampak yang negatif di tengah berbagai lapisan masyarakat, khususnya anak-anak (Sulastowo, 2009). Televisi sebagai media audio visual, mampu merebut 94% saluran masuknya informasi kedalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka tonton di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Dengan demikian terutama bagi anak - anak yang pada umumnya meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televisi yang ditonton (Majid, 2009)
Berdasarkan hasil penelitian badan kesehatan dunia WHO pada 2004 bahwa kebiasaan menonton televisi yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan siaran televisi kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak - anak (Zubaedi,2005).
Fakta tentang pertelevisian Indonesia pada tahun 2002 bahwa jam tonton televisi anak-anak 5 - 8 jam/hari atau 1.560 - 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun, 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistik yang berlebihan dan terbuka. Terdapat 800 judul acara anak dengan 300 kali tayang selama 160 jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam x 7 hari = 168 jam, 40% waktu tayang  di isi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh di atas rata-rata dunia 561 iklan/minggu (Majid, 2009) .
Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar TV walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85 % dari apa yang mereka lihat di TV setelah tiga jam kemudian dan 65 % setelah tiga hari kemudian (Anwas, 2008).
Berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron - sinetron dan film - film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu mempengaruhi para pemirsannya (anak - anak, remaja, dan orang tua) untuk terus menyaksikan acara demi  cara yang dikemas sedemikian rupa, sehingga membuat pemirsanya terkagum - kagum dengan acara yang disajikan. Tidak jarang sekarang banyak anak - anak lebih suka berlama - lama didepan televisi dari pada belajar, bahkan hampir lupa akan waktu makannya. Problematika yang terjadi di lingkungan sekarang dan perlu perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri merupakan SD yang sampai saat ini belum memiliki prestasi Pendidikan Agama Islam yang menonjol dibandingkan dengan SD di sekitar wilayah Wonogiri. Jumlah murid yang tidak banyak dan wilayah yang masih dalam kondisi pedesaan menyebabkan frekuensi belajar anak kurang yang diketahui dari lebih banyaknya siswa yang memiliki nilai Pendidikan Agama Islam berada dibawah rata - rata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 siswa Kelas V di SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri, mereka selama tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan maupun penurunan prestasi Pendidikan Agama Islam secara signifikan, selanjutnya diketahui bahwa terdapat 4 murid yang menyatakan nonton televisi kurang lebih 5 jam sehari sedangkan 3 yang lain mengaku hanya 2 jam sehari.
Dari hasil observasi yang didapat dari buku laporan siswa diketahui bahwa 3 murid yang frekuensi menonton lebih kecil memiliki prestasi Pendidikan Agama Islam yang lebih baik dibandingkan 4 murid yang memiliki frekuensi menonton televisi yang lebih lama. Prestasi belajar pada dunia pendidikan adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004). Pengukuran prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan tes, ujian dan ulangan.
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan intensitas menonton televisi dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan intensitas menonton televisi dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri?”
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara intensitas menonton televisi dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri.
Tujuan Khusus
Untuk mendeskripsikan intensitas menonton televisi siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri.
Untuk mendeskripsikan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri.
Untuk menganalisis hubungan antara intensitas menonton televisi dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SD Negeri 3 Purwosari, Kecamatan Wonogiri.
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkaya penelitian dan sumber bacaan serta ilmu khususnya untuk mahasiswa/mahasiswi STAIMUS jurusan tarbiyah.
Penelitian ini bisa digunakan untuk buku referensi penulisan skripsi di masa yang akan datang.
Manfaat Teoritik
Secara teoritis, sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama penelitian dan menjadi mahasiswa Staimus jurusan pendidikan agama islam.
Memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Staimus jurusan pendidikan agama islam.

Manfaat Praktis
Bagi Guru SD Negeri 3 Purwosari
Sebagai bahan kajian untuk guru SDN III Purwosari agar lebih memperhatikan kebiasaan peserta didiknya.
Sebagai pedoman dalam menentukan peningkatan profesionalisme kerja melalui peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas V SD Negeri 3 Purwosari, khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bagi Orang Tua/Wali Murid SD Negeri 3 Purwosari
Untuk lebih mengawasi anak ketika melihat televisi dan belajar.
Sebagai dasar untuk membatasi anak dalam menonton televisi di rumah.
Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 3 Purwosari
Bisa lebih fokus untuk belajar dan mengurangi menonton televisi untuk lebih fokus pada kegiatan yang bersifat mendidik baik dari akademis maupun ketrampilan.
Menyadari bahwa televisi bukanlah satu - satunya media belajar.

KAJIAN PUSTAKA
Intensitas Menonton Televisi
Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat (Echols, 1993). Menurut Hazim (2005), bahwa intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Nuraini (2011) menyatakan intensitas memiliki beberapa indikator yaitu sebagai berikut :
Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi berarti pemasok daya untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan tindakan, termasuk didalamnyan adalah perasaan menyukai materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar individu, pujian dan hadiah atau peraturan sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya, 12 merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Durasi kegiatan
Durasi kegiatan merupakan berapa lamanya kemampuan penggunaan untuk melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari kemampuan seseorang menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan.
Frekuensi kegiatan
Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan kerapnya, frekuensi yang dimaksud adalah seringnya kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu tertentu. Misalnya dengan seringnya siswa melakukan belajar baik disekolah maupun diluar sekolah.
Presentasi
Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita - cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Bisa dilihat dari keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar.

No comments:

Post a Comment