Sunday 9 October 2016

Proposal Skripsi Bagian 2

Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam bentuknya yang negativ akan terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan sendirinya siswa akan mempelajari dengan baik, sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh.
Minat
Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan digeluti memiliki makna bagi dirinya. Minat ini erat kaitannya dengan kepribadian dan selalu mengandung unsur afektif, kognitif, dan kemauan. Ini memberikan pengertian bahwa individu tertarik dan kecendrungan pada suatu objek secara terus menerus, hingga pengalaman psikisnya lainnya terabaikan. Pengertian menonton televisi adalah suatu tindakan yang menarik yang tidak lepas dari dorongan dari masing-masing individu untuk menikmati apa yang ditayangkan oleh televisi, atau dengan kata lain tindakan menonton televisi adalah kesadaran seseorang terhadap sesuatu yang berhubungan dengan dorongan yang ada dalam diri individu sehingga seseorang  memusatkan perhatiannya terhadap acara yang ditayangkan televisi dengan senang hati serta dengan perasaan puas sehingga pemirsa dapat menikmati apa yang ditayangkan oleh televisi tersebut. Menonton berarti aktivitas melihat sesuatu dengan tingkat perhatian tertentu (Danim, 2004).
Menonton televisi, sebagaimana halnya aktivitas konsumsi yang lain, adalah sebuah proses aktif, baik antar partisipan maupun antara partisipan dan televisi, yang di dalamnya audiens tidak sekedar mengambil peran sebagai pihak yang secara aktif memilih aneka material media yang tersedia bagi mereka, melainkan juga aktif memakai, menafsir, serta mengawasi (decoding) material - material yang dikonsumsinya (Morley, 1995). Artinya, menonton televisi bukanlah sekedar aktivitas menyorotkan mata kearah layar kaca, melainkan bersifat multidimensi. Jadi intensitas menonton televisi disini merupakan tindakan atau keadaan seseorang yang menikmati tayangan di televisi dalam ukuran waktu tertentu dan menggambarkan seberapa sering serta memusatkan perhatiannya terhadap acara yang ditayangkan di televisi.
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah dan keluarga serta masyarakat, sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung - jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri Islam.
Bentuk-bentuk prestasi dalam pendidikan agama islam.
Pembahasan bentuk-bentuk prestasi belajar dalam skripsi ini meliputi prestasi belajar bidang kognitif (cognitive domain), prestasi belajar bidng afektif (afective domain), dan prestasi belajar bidang psikomotor (psychomotor domain). Secara garis besar pembahasan prestasi belajar sebagai berikut :
Prestasi Belajar Bidang Kognitif (CognitiveDomain)
Hasil belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)
Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan yang  sifatnya  faktual, di  samping  pengetahuan mengenai  hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, kode-kode tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Quran atau Hadits, rumus, rukun shalat, niat, dan lain - lain.Peninjauan sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Dalam hal ini pakar Psikologi Pendidikan R. Ibrahim dan Nana Syaoudih, menjelaskan bahwa belajar menghafal  merupakan  kegiatan  belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.
Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik untuk menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar yang segala sesuatunya dipelajari dari makna. Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari pengalaman yang pertama. Simbul-simbul yang mempunyai arti umum berguna bagi belajar, karena memberi simbol dan ekspresi hubungan dalam pengalaman dan menjadi jalan keluarnya ide. Ada tiga macam bentuk pemahaman peserta didik yang berlaku secara umum yaitu :
Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalam materi.
Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbul, menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.
Prestasi Belajar Penerapan
Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum, dan situasi  yang baru.
Prestasi Belajar Analisis
Hasil belajar analisis yaitu kesanggupan memecahkan atau menguraikan suatu intregritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai tingkatan atau hirarki.
Prestasi  Belajar Sintesis
Hasil belajar sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur atau bagian menjadi satu interitas (lawan dari analisis).
Prestasi  Belajar Evaluasi
Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
Prestasi Belajar Bidang Afektif (Afective Domain)
Prestasi belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi belajar bidang afektif pada Pendidikan Agama Islam antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Prestasi Belajar Bidang Psikomotor (Psychomotor Domain)
Prestasi atau kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal atau perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka, sehingga merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Prestasi belajar bidang psikomotor pada Pendidikan Agama Islam antara lain kemampuan melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain.
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang profesional mengetahui diperlukan suatu periode atau waktu untuk memahami konsep yang telah diajarkan kepada anak agar diperoleh tujuan atau hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar Pendidikan Agama Islam. Menurut Mulyono Abdurrahman, ada empat tahapan prestasi belajar yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu :

Perolehan
Pada tahap ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru atau orang tua untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Contoh, kepada anak diperlihatkan pengetahuan tentang  shalat dan konsepnya dijelaskan sehingga anak mulai memahaminya.
Kecakapan
Pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihan. Contoh, setelah anak memahami konsep dan pengetahuan tentang shalat, anak diberi banyak latihan dalam bentuk menghafal bacaan atau gerakan shalat, dan diberi macam-macam ulangan penguatan.
Pemeliharaan
Pada tahap ini anak dapat memelihara dan mempertahankan suatu kenerja taraf tingkat tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan (reinforcement) dihilangkan. Contoh, anak dapat mengerjakan shalat secara cepat dan berurutan tanpa memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru atau orang tua.
Generalisasi
Pada tahap ini anak telah memiliki atau menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga anak dapat menerapkan ke dalam berbagai situasi. Contoh, anak dapat mengerjakan berbagai macam shalat sesuai waktu dan kegunaannya, seperti shalat subuh di pagi hari, shalat dhuhur di siang hari, shalat hajat untuk terkabulnya doa, menghormati kepada orang yang lebih tua, mengasihi kepada yang lebih muda, dan lain-lain.
Problema belajar Pendidikan Agama Islam atau pendidikan umum tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi belajar dan prestasi belajar seseorang. Keberhasilan belajar dan prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal  atau  eksternal. Faktor  internal  adalah segala faktor yang bersumber dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga, sekolah dan sebagainya. Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua faktor. Faktor - faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksogin, faktor ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
Faktor - faktor sosial
  Faktor Sosial, seperti lingkungan sekolah, keadaan guru, teman-teman belajar, masyarakat dan tetangga, serta orang tua atau keluarga sendiri, (sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, tata letak rumah dapat berdampak pada baik buruknya kegiatan belajar siswa yang pada gilirannya berpengaruh terhada prestasi belajar anak), peran keluarga dan pengaruh yang ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi belajar saja tetapi juga cenderung anak berperilaku menyimpang.
Faktor - faktor non sosial
Faktor Nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan jarak jalan ke sekolah, rumah tempat tinggal siswa, media pembelajaran belajar, cuaca, suhu, waktu belajar yang digunakan (ada anggapan waktu belajar tidak berpengaruh hasil belajar, tetapi kesiapan sistem memori siswa dalam mengelola, dan menyerap item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari), dan lain - lain. Faktor - faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau indogin, juga digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

No comments:

Post a Comment